SERAUT WAJAH BERJILBAB
Aku kenal seorang perempuan yang begitu lekat dengan jilbab. Aku bahkan hampir yakin kalau perempuan itu tidak membuka jilbab meskipun berada dalam kamar pribadi karena khawatir bayangannya mengetahui atau melihat dirinya dalam keadaan tdk mengenakan jilbab.Tetapi aku percaya bahwa setiap orang yang berakal sehat mengetahui bahwa jilbab hanyalah secarik kain yang tidak bisa menutupi keburukan akhlak dan tidak pula dapat menjadi saringan untuk menapis ampas busuk ucapan-ucapan kotor tak wajar dari lisan seorang perempuan.
Dia yang menganjurkan dan mengajarkan perempuan memakai jilbab menghendaki kecantikan dan keindahan mekar mewangi di tengah semesta. Dia pun menunjukkan bahwa sekuntum mawar tidak memperoleh kecantikan dan keharumannya karena jalinan dedaunan yang membingkai serta menghiasi kelopaknya. Sekuntum mawar hanyalah perwujudan keindahan yang tersembunyi dalam perut bumi yang kemudian menyembul menanti tetesan embun menyepuh wajahnya agar lebih cemerlang.
Wajah perempuan adalah kaca rias tempat rahasia kelembutan dan kecantikan semesta bersolek menampilkan keperawanan suci. Dalam bingkai jilbab akan tampak lebih mempesona dan terjaga dari tangan-tangan jahil. Namun ketika debu zaman dibiarkan mengotori wajah itu dan dipalingkan dari cahaya, sedang embun rahmatpun tak lagi membasuh lapisan debu yang menodai kelopaknya, maka wajah perempuan hanyalah kuburan gelap tempat kelembutan dan kecantikan mati merana ___ sedang jilbab hanya menjadi sebuah nisan yang semakin menanbah seramnya kuburan itu.
Seraut wajah berjilbab yang aku kenal itu sejak awal kuyakini sebagai kuburan bangkai-bangkai busuk. Tetapi tatakrama dan tradisi sosial ketimuran mengunci lisanku untuk menyatakan pendapat sampai sang waktu gulungan lembaran catatannya dan membenarkan keyakinanku.
Hari itu di tengah keramaian, perempuan itu mengumbar amarah karena kebusukan-kebusukan yang disembunyikannya selama ini di balik jilbab membuat orang-orang yang menciumnya tak lagi mampu menahan aroma busuk itu sehingga mereka terpaksa hembuskan. Pada saat yang sama, perempuan itu sudah letih berpindah-pindah mencari dermaga lelaki yang selalu tertutup baginya untuk melabuhkan hasrat-hasrat aneh yang dia kemas rapi. Kegagalannya menghalau angin yang menebarkan aroma busuk bangkai yang disembunyikannya selama ini ditambah harapan-harapannya yang selalu kandas menyatu menjadi bara panas dan membuat otaknya menggelegak. Perempuan itu lantas mejadi liar tak terkendali dan semakin menegaskan bahwa dengan mengenakan jilbab , ia hanya berhasil menutupi keburukan bentuk tubuhnya, sedang keburukan akhlaknya semakin jelas menjijikkan dan menjadi tontonan orang-orang di sekelilingnya.