Jumat, 23 September 2016

MIMPI DAN PARA PEMIMPI


Salah satu fenomena yang acapkali terjadi di dalam negara yang menganut sistem demokrasi, adalah terjadinya benturan - benturan sosial yang menggunakan atribut agama, etnis maupun strata sosial lainnya.
Meski jelas bahwa sebenarnya cara - cara seperti ini adalah wujud dari sikap menipu diri sendiri. Karena di satu sisi kita menerima sistem demokrasi , tetapi disisi lain kita menolaknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu perwujudan demokrasi, misalnya dalam pemilihan pemimpin, entah itu pemimpin negara atau pemimpin daerah - daerah pada semua jenjang pemerintahan dalam negara demokrasi, issu - issu etnik, agama, sekte dan lain - lain menjadi sesuatu yang sangat ditonjolkan untuk meraih dukungan politik dan juga untuk menjegal atau menjatuhkan lawan politik. Hal - hal seperti ini mungkin wajar dalam kehidupan berbangsa yang multikultur. Tetapi masalahnya adalah, kenapa sistem demokrasi kita terima kalau pada hakekatnya kita tidak memerlukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tetapi saya ingin mengatakan, bahwa terlepas dari sistem pemerintahan apapun yang dianut oleh sebuah negara, terkait seorang pemimpin..., maka rakyat hanya akan mendapatkan pemimpin sesuai yang pantas mereka dapatkan. Maksud saya adalah, bahwa diingkari atau ditaati, Tuhan tidak pernah beristirahat dan mengabaikan sezarrahpun persoalan ummat tanpa memberikan ganjaran seadil - adilnya. Artinya adalah : bahwa Tuhan tidak akan memberikan kita empedu, jika madu yang behak kita dapatkan.
Yang ingin saya katakan adalah bahwa pemimpin yang akan didapatkan oleh sebuah kaum, sebuah masyarakat dalam sebuah negara, apapun sistem pemerintahan yang dianut, mereka tidak akan mendapatkan pemimpin diluar dari apa yang berhak mereka dapatkan. Artinya bahwa meskipun tampaknya bahwa masyarakat sebuah negara tampak hidup religius, tetapi jika pada hakekatnya mereka melakukan tindakan - tindakan kekufuran dalam berbagai dimensi kehidupan, maka tentu orang kafirlah yang akan dikirim Tuhan sebagai pemimpin bagi masyarakat tersebut ___ meski bisa jadi pemimpin itu dipercaya masyarakat sebagai orang suci dan taat beragama.
Karena itu, bagi saya, sungguh tidak elok menggunakan istilah - istilah atas nama agama, etnis, ras atau issu apapun yang bersifat menonjolkan komunitas, atau sekte dan merendahkan komunitas atau sekte yang dianggap rival politik. Pepatah mengatakan, " Jika tidak bisa membicarakan kebaikan orang lain, janganlah yang buruk engkau katakan."