Takdir bertualang dengan gelisah di atas kehidupan yang morat-marit dan telah kering kasih sayang dari nurani kemanusiaan.
Diriuh gegap gempita kesenangan palsu, aku terasing oleh pilihan yang berbeda. Di sini, aku cukup bahagia meski semua senyum menjadi cibir di sekelilingku. Aku bahagia krn bisa memilih. Aku bahagia krn sepi menganugerahiku kenikmatan anggur murni yang dituang dari piala cinta tanpa syarat.
Aku bukanlah orang pelit yang enggan mengajak orang lain untuk menemaniku duduk minum bersama.
Tetapi gelas minuman t'kan memikat bibir siapapun ut mengecupnya, kecuali karena godaan minuman di dalamnya. Tetapi bukankah sepi akan menghianati diri ketika ia memamerkan keindahan dan kenikmatan yang dikandungnya?