Dikisahkan bahwa suatu hari Dzun Nun al - Misri ra sedang mengadakan perjalanan untuk berhaji. Di tengah perjalanan beliau melihat seekor anjing yang kehausan sampai ia menjilati sebuah batu di gurun. Ketika Dzun Nun menyadari kalau dirinya sendiri telah kehabisan air, ia kemudian berkata kepada semua orang yang ada bersama - sama dalam kafilah itu, " Aku telah pergi berhaji 70 kali. Aku akan serahkan semua pahala dari ketujuh puluh kali perjalanan hajiku itu kepada siapa saja yang memberikan air kepada anjing yang kehausan ini."
Sang wali besar ini bersedia memberikan ganjaran hajinya yang selama 70 kali demi mendapatkan air bagi seekor anjing. Bayangkanlah betapa besar nilainya ketika kita memuaskan dahaga seorang manusia.
Dan bayangkanlah betapa keserakahan telah menjadikan hati kita sebagai batu sehingga jangankan berbagi dari apa yang telah kita miliki, tetapi justru tak pernah berhenti melakukan tipu daya untuk merampas apa2 yang telah dimiliki orang lain.
Kita tekun ibadah dan tak pernah tertinggal mendatangi rumah - rumah ibadah. Kita duduk sama rendah dengan semua orang dalam rumah - rumah peribadatan, tetapi kita mengejar dunia dengan ambisi keserakahan dan menyingkirkan saudara - saudara kita demi memenuhi ambisi pribadi. Kita lupa bahwa sejauh apapun kita mengejar dunia, setelah dalam genggaman ia akan lepas dan meninggalkan kita atau kita yang meninggalkannya lebih dahulu sementara ia masih dalam genggaman...
Kamis, 24 Maret 2016
KASIH SAYANG
DUA PERANTARA
Seorang abid mengisahkan bahwa dia beserta keluarganya pernah tidak makan selama tiga hari. Istrinya mengeluh dan berkata, " Anak - anak kita tidak akan bertahan lagi setelah tiga hari tidak makan"
"Sabarlah. Bangun dan ajak anak - anak shalat", demikian ia menanggapi keluhan istrinya.
Sang abidpun keluar menunaikan shalat di masjid. Setelah selesai, dia pulang disambut dengan keluhan istrinya,
" Kita benar-benar lapar sekarang "
Sang abidpun kembali menimpali istrinya,
"Shalat lagi dan ajak anak - anak "
Lalu sang abid sendiri keluar lagi menunaikan shalat.
Ketika sang abid sedang hanyut dalam shalatnya, datanglah seseorang dan berdiri di sampingnya. Setelah sang abid menyelesaikan shalatnya, iapun bertanya pada orang yang baru datang itu,
" Ada apa ? "
Orang itupun bercerita, "Dalam suatu pelayaran, aku bersama teman - teman membicarakan orang - orang shaleh. Saat itu, angin bertiup sangat kencang. Kedahsyatan badai memecahkan perahu kami. Kami dipermainkan ombak ke sana kemari. Dalam keadaan kacau itu, masing - masing dari kami bernazar. Dan aku sendiri bernazar bahwa manakala aku selamat, aku akan memberikan sepertiga dari keuntunganku kepada orang yang dikehendaki oleh Allah. Aku tidak mengenalmu. Tetapi entah kenapa, hati, pikiran dan langkahku diarahkan padamu. Aku tahu kalau engkaulah yang dikehendaki-Nya sebagaimana yg kuminta pada saat bernazar. Kini aku ternyata telah selamat dan mendapat keuntungan 1500 dinar. Kini terimalah 500 dinar bagianmu".
Sang abidpun berkata, " Pergilah ke rumah itu ( abid itu menunjuk rumahnya sendiri ). Apabila keluar seorang perempuan, berikanlah uang itu padanya dan katakan padanya bahwa sementara ia menunggu dengan lemahnya keyakinan, suaminya berusaha di tengah laut mencari rezeki".
Ketika abid itu pulang, istrinya bertanya,
" Apa arti di balik perintahmu kepadaku dan anak - anak untuk menunaikan shalat ? "
" Hal itu tiada lain karena Allah SWT telah berfirman : Perintahkanlah keluargamu menunaikan shalat dan bersabarlah dengan shalat itu "
Demikianlah abid itu mengakhiri kisahnya.