Sabtu, 20 Agustus 2016

SEKAPUR SIRIH SELINTING TEMBAKAU

Bagi anda yang gemar membaca buku pasti pernah melihat pada halaman - halaman awal sebuah buku ada tertulis dalam bentuk judul, SEKAPUR SIRIH. Istilah ini diadopsi dari tradisi nusantara yang khususnya dipraktekkan oleh suku - suku Bugis dan Melayu sejak berabad - abad yang lalu.
Dimasa lalu suku-suku Bugis dan Melayu sangat kental dengan tradisi " Mangngota" yaitu mengunyah kapur sirih ( sering ditambahkan pinang) tanpa menelannya. Hal seperti ini sampai sekarang masih dilakukan oleh hampir semua suku- suku di Papua. Tradisi ini dipercaya untuk menguatkan gigi dan membersihkan gusi dan rongga mulut dari berbagai macam kuman.
Lepas dari manfaat yang dipercayai dalam tradisi mengunyah kapur sirih + pinang, saya secara khusus akan menyoroti tradisi ini dalam fungsinya sebagai perekat hubungan antar individu dalam masyarakat dan simbol penghormatan dalam interaksi sosial.
Tradisi ini memiliki posisi ekslusif khususnya bagi masyarakat suku Melayau dan Bugis di masa lalu sehingga hampir semua bentuk interaksi sosial dianggap "Tidak Sahih" tanpa adanya sekapur sirih terlebih untuk acara - acara penting atau sakral semisal perkawinan, acara - acara adat, musyawarah warga bahkan untuk memulai perang atau pertarungan mempertaruhkan harga diri.
Tradisi yang dianggap wajib ini mengandung nilai - nilai kearifan lokal yang fungsinya semacam "Tuma'ninah" yang disyaratkan diantara setiap sikap/posisi dalam shalat.
Memulai sebuah urusan yang terkait dengan orang lain, bahkan musuh sekalipun, adalah wajib menghormatinya dengan mendahulukan menawarkan pinang sirih sebelum memulai urusan yang menjadi tujuan utama. Pada saat mengunyah pinang sirih inilah digunakan untuk menjernihkan hati dan pikiran agar apapun yang menjadi akhir dari urusan nanti hendaknya menjadi pilihan yang benar-benar disadari dan dipertanggung jawabkan.
Seiring zaman, tradisi "Mangngota" tergantikan dengan tradisi "Merokok" dengan tembakau lintingan yang tetap mengacu pada fungsi sosial yang sama.
Ini adalah tradisi yang tumbuh di tengah - tengah masyarakat sebagai perekat hubungan sosial yang terbukti efektif untuk tujuan yang dimaksud.
Sampai sekarang masih ditemukan tradisi membawa rokok dengan wadah baki ( bossara') sebagai "Surat Undangan" kepada para pamong, tokoh-tokoh masyarakat atau kerabat yang dituakan ketika kedatangan mereka diperlukan untuk hadir di pesta - pesta rakyat. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan simbol kedekatan hubungan sosial. Dalam hal ini, bentuk undangan lain akan dianggap sebagai sebuah pelecehan dan sikap tidak hormat yang sekaligus akan menjadi aib bagi pihak pengundang.
Di tengah pergaulan masyarakat umum, rokok menjadi " Benda Keramat" yang memiliki keampuhan menjembatani sebuah hubungan sosial dan memiliki keajaiban untuk menyingkirkan keraguan dan sikap grogi untuk memulai sebuah perkenalan dengan orang asing. Rokok selalu ditawarkan bahkan meski kepada seseorang yang bukan perokok. Karena pada dasarnya ini hanya semacam ritual  penawaran dan sikap membuka diri bagi orang lain.
Selain itu, tradisi merokok ini juga menjembatani usaha untuk saling berbagi rezeki tanpa menimbulkan ketersinggungan pada pihak penerima.Dalam tradisi masyarakat khususnya bagi suku Melayu dan Bugis menerima sesuatu dalam bentuk belas kasihan dianggap menciderai harga diri seseorang. Dan hal itu akan menyakitkan. Di sinilah tradisi merokok menjadi penengah. Biasanya pihak pemberi akan menggunakan kalimat, " Sekedar pembeli rokok." Ini hanya sebuah kalimat sederhana tetapi sanggup menyelamatkan hati seseorang dari ketersinggungan dan luka harga diri.
Gencarnya kampanye anti rokok dengan dukungan berbagai regulasi belakangan ini menimbulkan perubahan paradigma dan mulai mengubur tradisi merokok.
Mungkin benar bahwa tradisi merokok tidaklah menyehatkan. Tetapi bukankah semua hal di dunia ini memiliki sisi gelap dan terang ? Bukankah setiap orang waras memiliki sisi kegilaan ?  Bahkan jika seseorang benar - benar sehat, maka " Cukuplah sehatmu itu sebagai sakitmu" , demikian dikatakan Muhammad al-Musthafa sang kekasih Tuhan.

KENAPA JIKA BERBEDA

Di kelasnya ada 25 orang murid, setiap kenaikan kelas, anak perempuanku selalu mendapat ranking ke-23.
Lambat laun ia dijuluki dengan panggilan nomor ini. Sebagai orangtua, kami merasa panggilan ini kurang enak didengar, namun anehnya anak kami tidak merasa keberatan dengan panggilan ini.
Pada sebuah acara keluarga besar, kami berkumpul bersama di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang adalah tentang jagoan mereka masing-masing.
Anak-anak ditanya apa cita-cita mereka kalau sudah besar? Ada yang menjawab jadi dokter, pilot, arsitek bahkan presiden. Semua orangpun bertepuk tangan.
Anak perempuan kami terlihat sangat sibuk membantu anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya.
Didesak orang banyak, akhirnya dia menjawab:

"Saat aku dewasa, cita-citaku yang pertama adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari lalu bermain-main".

Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan apa cita-citanya yang kedua. Diapun menjawab :

“Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang”.

Semua sanak keluarga saling pandang tanpa tahu harus berkata apa. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.
Sepulangnya kami kembali ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak hanya menjadi seorang guru TK?
Anak kami sangat penurut, dia tidak lagi membaca komik, tidak lagi membuat origami, tidak lagi banyak bermain.
Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti.
Sampai akhirnya tubuh kecilnya tidak bisa bertahan lagi terserang flu berat dan radang paru-paru. Akan tetapi hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja rangking 23.
Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak memahami akan nilai sekolahnya.
Pada suatu minggu, teman-teman sekantor mengajak pergi rekreasi bersama. Semua orang membawa serta keluarga mereka.
Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan kebolehannya.
Anak kami tidak punya keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan sangat gembira.
Dia sering kali lari ke belakang untuk mengawasi bahan makanan.
Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang meluap ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.
Ketika makan, ada satu kejadian tak terduga. Dua orang anak lelaki teman kami, satunya si jenius matematika, satunya lagi ahli bahasa Inggris berebut sebuah kue.
Tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau saling membaginya. Para orang tua membujuk mereka, namun tak berhasil.
Terakhir anak kamilah yang berhasil melerainya dengan merayu mereka untuk berdamai.
Ketika pulang, jalanan macet. Anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku membuat guyonan dan terus membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti.
Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan berbagai bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan.
Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio-nya masing-masing. Mereka terlihat begitu gembira.
Selepas ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama mendapatkan kabar kalau rangking sekolah anakku tetap 23.
Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang terjadi. Hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu :

" Siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan apa alasannya ?"
Semua teman sekelasnya menuliskan nama : " Anakku "

Mereka bilang karena anakku sangat senang membantu orang, selalu memberi semangat, selalu menghibur, selalu enak diajak berteman, dan banyak lagi.
Si wali kelas memberi pujian: “Anak ibu ini kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu”.
Saya bercanda pada anakku, “Suatu saat kamu akan jadi pahlawan”.
Anakku yang sedang merajut selendang leher tiba-tiba menjawab :
“Bu guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.”
.
" Ibu,  aku tidak mau jadi pahlawan.  Aku mau jadi orang yang bertepuk tangan di pinggir jalan "
Aku terkejut mendengarnya. Dalam hatiku pun terasa hangat seketika. Seketika hatiku tergugah oleh anak perempuanku.
Di dunia ini banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan. Namun Anakku memilih untuk menjadi orang yang tidak terlihat. Seperti akar sebuah tanaman, tidak terlihat, tapi ialah yang mengokohkan.
Jika ia bisa sehat, jika ia bisa hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hatinya,  ____ mengapa anak - anak kita tidak boleh menjadi orang biasa yang berhati baik dan jujur ?

Rabu, 17 Agustus 2016

WARTAWAN YANG PAHLAWAN

Jika saat ini kita bisa melihat foto Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi maka sudah patutnya kita berterima kasih pada sosok kakak beradik, Alex Mendur dan Frans Mendur. Berkat dua orang bersaudara itu, hingga saat ini saksi bisu hari paling penting untuk bangsa ini bisa kita lihat.
Padahal tak ada instruksi untuk keduanya mengambil foto saat teks Proklamasi dibacakan. Frans Mendur hanya tak sengaja mendengar kabar dari harian Asia Raya. Pun kakaknya, Alex Mendur yang berprofesi sebagai fotgrafer kantor berita Jepang waktu itu.
Keduanya langsung bergegas ke kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Cikini, Jakarta dengan membawa kamera masing-masing. Dengan mengendap-endap, Mendur bersaudara berhasil merapat di lokasi tepat pukul 05.00 pagi. Rupanya hanya mereka berdua, fotografer yang hadir di hari paling penting bagi bangsa Indonesia itu.
Alex dan Frans berhasil mengabadikan beberapa foto detik-detik proklamasi Indonesia. Namun usai upacara, mereka berdua disergap tentara Jepang. Alex ditangkap, kameranya disita, hasil fotonya dibakar. Sementara Frans berkilah, ia mengaku negatif filmnya telah dirampas Barisan Pelopor padahal telah dikubur dalam tanah. Tentara Jepang pun berhasil ia kelabuhi.
Setelah dirasa aman, keduanya lalu menggali tanah tempat negatif film dikubur. Tak menunggu lama, film itu kemudian dicetak. Butuh keberanian dan mental baja. Mendur bersaudara harus diam-diam menyelinap di malam hari, memanjat pohon, dan melompati pagar hingga akhirnya menemukan lab foto. Sebab jika tertangkap Jepang, bukan tak mungkin Mendur bersaudara dihukum mati. Tanpa foto karya Frans Mendur, maka proklamasi Indonesia tak akan terdokumentasikan dalam bentuk foto.
Mendur bersaudara lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara. Alex Mendur lahir pada 1907, sementara adiknya Frans Mendur lahir tahun 1913. Kala itu nama Mendur bersaudara sudah terkenal di mana-mana. Keberadaan mereka diperhitungkan media-media asing.
Untuk mengenang aksi heroik Mendur bersaudara, keluarga besar Mendur mendirikan sebuah monumen yang disebut "Tugu Pers Mendur". Tugu ini berupa patung Alex dan Frans serta bangunan rumah adat Minahasa berbentuk panggung berbahan kayu.
Tugu Pers Mendur didirikan di Kelurahan Talikuran, Kecamatan Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, di tanah kelahiran mereka. Di dalam rumah itu terdapat 113 foto karya Mendur bersaudara yang diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 Februari 2013.

INSPIRASI DARI BAWAH POHON SUKUN


Tiga hari sudah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) berlangsung. Tokoh-tokoh terkemuka dari seluruh kepulauan di Indonesia masih kukuh pada pendirian masing-masing tentang prinsip dasar dari Indonesia Merdeka.

Satu kelompok menginginkan membentuk negara Indonesia berdasarkan Islam, sementara kelompok lainnya menginginkan wilayah negara yang luas. Ada juga kelompok yang berpandangan Indonesia belum matang untuk memerintah diri sendiri.

Sukarno yang memilih tokoh-tokoh itu untuk mengikuti sidang BPUPKI di Gedung Volksraad Jalan Pejambon, Jakarta, duduk di tengah-tengah sidang mendengarkan segala keributan dan membiarkan kelompok-kelompok itu mengeluarkan pendapatnya.

"Bulu kudukku berdiri ketika mendengarkan setiap orang menguraikan rencana yang mencakup hal-hal paling kecil. Mereka terlalu banyak biacara 'seandainya' dan menduga-duga," ucap Sukarno menggambarkan suasana sidang dalam bukunya Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Sukarno gemas sekaligus khawatir dengan percekcokan yang tak ada ujung itu. Ia khawatir kondisi ini akan membuat kemerdekaan Indonesia malah tidak akan pernah terwujud. 

Dalam benaknya, muncul kembali prinsip-prinsip dasar negara yang pernah dipikirkannya sejak 16 tahun sebelumnya, saat ia mendekam di gelapnya Penjara Banceuy, Bandung.

Ia juga teringat buah pikirannya saat diasingkan di Pulau Flores, NTT. Di pulau yang sepi dan tanpa kawan itu, Sukarno duduk di bawah pohon sukun di depan rumahnya, dan menghabiskan waktu berjam-jam di tempat itu merenungkan ilham yang diturunkan Tuhan kepadanya tentang dasar negara yang tepat untuk Indonesia merdeka.

Bagi Sukarno, dasar negara yang tepat bagi Indonesia adalah prinsip-prinsip yang berasal dari tradisi Indonesia, bukan pada Deklarasi Kemerdekaan Amerika ataupun pada Manifesto Komunis. Juga bukan dari pandangan hidup bangsa lain.

Maka Sukarno pun bersiap menyampaikan buah pikirannya ini pada sidang keesokan harinya, 1 Juni 1945. Namun pada malam harinya, dia menyepi. Sukarno keluar rumah dan menatap bintang-bintang di langit.

Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams, Sukarno mengaku begitu kagum melihat ciptaan Tuhan itu. Bersama rasa kagumnya ia meratap dalam hati, "Aku tahu, pemikiran yang akan kusampaikan bukanlah milikku. Engkaulah yang membukakannya kepadaku. Hanya Engkaulah yang Maha Pencipta, Engkaulah yang selalu memberi petunjuk pada setiap napas hidupku. Ya Allah, berikan kembali petunjuk serta ilham-Mu kepadaku."

Pukul 09.00 pagi, sidang BPUPKI dibuka kembali pada 1 Juni 1945. Sukarno melangkah ke podium marmer yang letaknya lebih tinggi. Tanpa memegang naskah pidato, Sukarno mengupas lima prinsip, yang disebutnya lima mutiara berharga, yakni Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Di pengujung pidatonya Sukarno berkata, "Marilah kita menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi biarkan masing-masing orang Indonesia bertuhan Tuhannya sendiri..."

Sukarno pun kemudian menyebut lima mutiara berharga itu sebagai Pancasila. Lima prinsip yang menjadi dasar negara, seperti Rukun Islam yang juga lima, jari di satu tangan yang juga lima, dan pahlawan Mahabarata yang juga berjumlah lima orang.

Mendengar pidato ini, serentak semua anggota BPUPKI dari pihak Indonesia bertepuk tangan bergemuruh. Mereka berdiri dari kursi masing-masing dan menerima falsafah negara Pancasila yang disodorkan Sukarno secara aklamasi.

Kamis, 04 Agustus 2016

PENYAKIT DALAM TUBUH MANUSIA

Riset tentang penyakit dalam tubuh manusia :
Bahwa sel-sel kanker paling takut dengan CINTA.

Profesor 霍金斯 mengatakan: Kebanyakan orang sakit karena tidak ada hati kasih dalam dirinya. Yang ada hanya kesedihan dan deraian air mata. Getaran magnet kasih di bawah 200 menyebabkan mudah terserang sakit.

大微霍金斯 mendapati bahwa  sebagian orang sakit SELALU menggunakan pikiran negatif. Jika frekuensi cinta kasih seseorang DI ATAS 200 maka dia tidak akan sakit

Pikiran atau niat negatif mana yang ada di bawah getaran 200? Yaitu suka mengeluh, suka menyalahkan orang lain, dendam pada orang. Kalau pikiran ini yang menguasai pikirannya berarti magnet cinta kasihnya hanya ada di sekitar 30-40 saja.  Proses tidak putus-putusnya menyalahkan orang lain telah menguras sebagian besar tenaga sehingga frekuensi cinta kasihnya berada di bawah 200. Orang- orang seperti itu SANGAT MUDAH  mengidap berbagai jenis penyakit.

Profesor 霍金斯 telah melakukan puluhan ribu riset contoh kasus dan penelitian pada orang-orang yang berbeda namun jawabannya serupa yaitu: asal getaran frekuensinya berada DI BAWAH *Penemuan Menggemparkan Manusia di Amerika:*

Menyatakan bahwa sel-sel kanker paling takut dengan CINTA.
Penelitian menemukan bhw org sakit karena tidak punya cinta kasih...!

Profesor Amerika  霍金斯 yg adalah seorang dokter terkenal, dia telah mengobati banyak orang sakit dari berbagai belahan dunia. Begitu melihat seseorang, dia sudah tahu mengapa orang itu sakit. Karena dari tubuhnya TIDAK DITEMUKAN sedikitpun "kasih/ rahmah" dalam dirinya..., Hanya ada penderitaan, keluhan dan deraian air mata yang membungkus seluruh tubuhnya.

Profesor 霍金斯 mengatakan: Kebanyakan orang sakit karena tidak ada hati kasih dalam dirinya. Yang ada hanya kesedihan dan deraian air mata. Getaran magnet kasih di bawah 200 menyebabkan mudah terserang sakit.

大微霍金斯 mendapati bahwa  sebagian orang sakit SELALU menggunakan pikiran negatif. Jika frekuensi cinta kasih seseorang DI ATAS 200 maka dia tidak akan sakit (red: in syaa Allah).

Pikiran atau niat negatif mana yang ada di bawah getaran 200? Yaitu suka mengeluh, suka menyalahkan orang lain, dendam pada orang. Kalau pikiran ini yang menguasai pikirannya berarti magnet cinta kasihnya hanya ada di sekitar 30-40 saja.  Proses tidak putus-putusnya menyalahkan orang lain telah menguras sebagian besar tenaga sehingga frekuensi cinta kasihnya berada di bawah 200. Orang- orang seperti itu SANGAT MUDAH  mengidap berbagai jenis penyakit.

Frekuensi paling tinggi berada di angka 1000 dan yang paling rendah berada di angka 1. Beliau mengatakan di dunia ini dia telah melihat yang mempunyai frekuensi positif di atas 700 maka kekebalannya/ kemampuannya sangat cukup. Jika orang-orang seperti itu tampil di suatu tempat maka ia bisa mempengaruhi frekuensi positif di daerah itu.

Pada saat orang yang memiliki getaran HAWA positif tampil di suatu tempat maka dia akan menggerakkan semua orang dan makhluk yang ada di tempat itu menjadi nyaman dan merasa damai (red: Rahmatan lil Alamin).

Namun pada saat orang  memiliki pikiran  negatif muncul di suatu tempat bukan saja akan mencelakai dirinya sendiri tetapi juga bisa menyebabkan ATMOSFIR/ HAWA POSITIF di tempat tersebut memburuk.

Profesor 霍金斯 telah melakukan puluhan ribu riset contoh kasus dan penelitian pada orang-orang yang berbeda namun jawabannya serupa yaitu: asal getaran frekuensinya berada DI BAWAH  200 maka orang itu SEDANG SAKIT. Tapi jika berada DI ATAS 200 maka orang itu TIDAK SAKIT. 

Yang di atas 200: apa saja yg  didasari dengan hati Welas Asih (red: Qalbun Salim), cinta kasih, suka beramal, gampang memaafkan, lemah lembut, dan lain-lain. Ini semua berada di frekuensi sekitar 400-500.

Sebaliknya suka membenci, emosional, menyalahkan orang lain, marah, iri hati, menuntut orang lain, egois, dalam semua hal hanya memikirkan kepentingan pribadi, tidak pernah memikirkan perasaan orang lain,  orang-orang seperti itu mempunyai frekuensi magnet yang PALING RENDAH. Hal itu yg dpt menyebabkan menjadi penyakit kanker, sakit jantung dan penyebab penyakit lainnya. dari sudut pandang medis bahwa pikiran itu sangat luar biasa pengaruhnya terhadap kesehatan dan penyakit seseorang.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah adalah virus yang merusak tubuh.

Apa saja yg  didasari dengan hati Welas Asih, cinta kasih, suka beramal, gampang memaafkan, lemah lembut, dan lain-lain. Ini semua berada di frekuensi sekitar 400-500.

Sebaliknya suka membenci, emosional, menyalahkan orang lain, marah, iri hati, menuntut orang lain, egois, dalam semua hal hanya memikirkan kepentingan pribadi, tidak pernah memikirkan perasaan orang lain,  orang-orang seperti itu mempunyai frekuensi magnet yang PALING RENDAH. Hal itu yg dpt menyebabkan menjadi penyakit kanker, sakit jantung dan penyebab penyakit lainnya.

Dia memberitahukan kepada kita dari sudut pandang medis bahwa pikiran itu sangat luar biasa pengaruhnya terhadap kesehatan dan penyakit seseorang.

Kekuatan Cinta

Seorang seniman biola setelah mengidap penyakit kanker dia berjuang melawan penyakitnya namun dia merasakan semakin hari semakin memburuk lalu dia memperbaiki konsep pikirannya dengan mencintai semua sel kanker yang ada dalam dirinya sendiri, dia melihat sel kanker yang menyakitkan itu sebagai sebuah pelayanan pada dirinya dan ia berterima kasih padanya dan dia merasakan perasaannya lebih nyaman.

Selanjutnya dia memutuskan menjalani dengan Cinta untuk menghadapi dan semua masalah yang dihadapinya dia memutuskan untuk melayani setiap orang dan dirinya sendiri dengan cinta.

Setelah beberapa waktu berlalu di luar dugaan, semua sel-sel kanker dalam dirinya menjadi hilang. Terakhir dia menjadi seorang ahli therapy  di Jepang. Dia mendapati dasar dari semua kehidupan adalah Cinta dan kasih sayang. Pada saat seseorang telah bisa hidup dengan cinta, maka dia bisa mendapatkan kedamaian dan kesehatan secara fisik dan batin.