Selasa, 18 Juli 2023

SEKILAS TENTANG PENANGGALAN HIJRIYAH

Umat Islam begitu akrab dgn pesta tahun baru Masehi tetapi asing pada penanggalan dan tahun baru Islam/Hijriyah.
Mari kita bedah selayang pandang

Sebelumnya, org² Arab tdk mengenal penanggalan. Mrk menyebut almanak berdasarkan peristiwa² besar yg terjadi spt misalnya masa Raja Abrahah menyerang dan ingin menghancurkan Ka'bah dgn balatentara menunggang gajah. Maka kemudian masa itu disebut Tahun Gajah.

Pada masa Amirul Mu'minin Umar bin Khattab, beliau menetapkan penanggalan islam yang  atas usulan Utsman bin Affan, ditetapkan 1 Muharram sebagai awal tahun kalender islam (Hijriyah). Hal ini merujuk pada hijrah Nabi dr Makkah ke Madinah.

Banyak peristiwa penting terjadi di bulan Muharram  sebelum masa Nabi Muhammad SAW. Beberapa di antaranya yakni:

1. Nabi Adam AS bertobat kepada Allah SWT dan tobatnya diterima
2. Kapal Nabi Nuh AS berlabuh di bukit Zuhdi setelah banjir dahsyat yang menenggelamkan mayoritas penduduk bumi
3. Selamatnya Nabi Ibrahim AS dari siksaan api Raja Namrud
4. Nabi Yusuf AS bebas dari penjara Mesir
5. Keluarnya Nabi Yunus AS dari perut ikan dengan selamat
6. Allah SWT menyembuhkan Nabi Ayyub AS dari penyakitnya
7. Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan menenggelamkan Fir’aun

Selain itu, ada pula peristiwa di bulan Muharram yang terjadi setelah Islam datang, seperti:

1. Pada Muharram 1 H, muncul tekad hijrah ke Madinah setelah pada Dzulhijjah terjadi Baiat Aqabah II
2. Pada Muharram 7 H, terjadi perang Khaibar yang dimenangkan oleh kaum muslimin
1. Pada 1 Muharram 24 H, Umar bin Khattab dimakamkan setelah syahid dibunuh oleh Abu Lu’lu’ah
1. Pada 10 Muharram 61 H, terjadi musibah besar yakni Husain, cucu Rasulullah SAW dan keluarganya dibunuh di Karbala

Kamis, 13 Juli 2023

JEJAK PARA WALI

Syamsuddin Tabrizi, r.h. adalah Guru besar Jalaluddin Rumi dari Konya, Turki.  Mawlana Rumi berkata : _"Orang bijak dunia esoterik mengetahui tradisi Nabi صلى الله عليه و وسلم , tetapi  Syamsuddin Tabrizi  mengetahui misteri kehidupan Nabi صلى الله عليه وسلم 

Ketika ia masih kecil, ia akan pergi tiga puluh atau empat hari tanpa makan. Dia memiliki kelimpahan  cinta pada jalan Kebajikan. Diusia yg msh kecil keinginannya ut makan nyaris tdk ada.  Orang tuanya menjadi khawatir dan bertanya apa yang salah dengannya. Dia menjawab bahwa dia tidak memiliki nafsu makan dan jika dia merasa lemah, perasaan itu akan segera hilang dan dia akan merasa lebih kuat. Dia hanya akan makan untuk memenuhi Sunnah Nabi.

Dia menghabiskan waktunya bersama para sufi meskipun dia sendiri adalah ahli hukum yang berkualitas. Dia melakukan perjalanan dan bertemu banyak guru dan dia memulai dengan Syaikh Baba Kamal al Jundi.
Setelah dia berada di Majelis, Syaikh memintanya membacakan beberapa puisi untuk menggambarkan keadaan rohaninya.
Dia menjawab, _"Apa yang saya rasakan, tidak bisa kuungkapkan dgn kata-kata."_

Syaikh Baba Kamal al- Jundi  menyadari bahwa Syamsuddin Tabrizi  memiliki keadaan spiritual yang lebih tinggi, maka ia berkata kepadanya, _"Anakku, Allah akan memberimu teman yang akan mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi di hatimu. Kebijaksanaan Anda akan diungkapkan pada lidahnya. Apa yang tidak bisa kamu ungkapkan, dia akan ungkapkan untukmu. "

Pendamping ini tidak lain adalah Jalaluddin Rumi, yang menjadi gemilang dan jadi penyair besar hanya setelah bertemu Syah Syamsuddin Tabrizi. Sebelum itu Rumi adalah seorang cendekiawan yang bangga dengan pengetahuan dan reputasinya.
Pertemuan berikut menunjukkan salah satu cara Syah Syamsuddin Tabrizi mengubah jalan muridnya dan meletakkannya di jalan spiritualitas.
Suatu ketika Rumi memberikan pelajaran kepada murid-muridnya. Syah Syamsuddin Tabrizi  masuk pakai baju compang-camping. Dia melihat Rumi  dan tumpukan buku yang telah dia susun di meja di sampingnya.
Dia bertanya, _"Apakah ini?_ " Rumi melihat penampilannya dan segera menghentikannya sambil berkata, _"Mereka mengandung literatur yang tidak akan dipahami oleh orang buta huruf. "_

Syah Syamsuddin Tabrizi  mengambil semua buku dan melemparkannya ke kolam di halaman.
Rumi marah dan mengatakan bahwa buku-buku itu semuanya ditulis tangan dan berisi karya-karya penting ayahnya. Rumi lalu menarik buku-buku itu keluar dari air dgn harapan msh ada  mencoba dan dimanfaatkan/disimpan.
Ketika dia melakukannya, dia dikejutkan oleh kenyataan bahwa semua buku dan lembaran²nya benar-benar kering. Dalam keterkejutan ia bertanya kepada Syaikh, _"Apakah ini gerangan?"_
Syah Syamsuddin Tabrizi menjawab, _"Ini adalah sesuatu yang kamu tidak akan mengerti. "_

Demikianlah Jalaluddin Rumi mengukuhkan jalan spiritual dibawah bimbingan Syah Syamsuddin Tabrizi r.h. yang rahasia² batin/ilmunya tak pernah terungkap kecuali melalui muridnya Jalaluddin Rumi.
_Semoga Allah Azza wajalla' memuliakan para wali - Nya, aamiin_