MENUNGGU BAHTERA NUH
Jauh di dalam hutan dan terlindung di balik kerapatan pepohonan raksasa terdapat gugusan batu cadas yang menyerupai bentuk sadel sepeda yang menghadap ke arah lautan lepas. Pada bagian lamping batu cadas senantiasa terdengar suara gemuruh bagai murka alam ketika ombak datang menampar. Pohon-pohon raksasa yang nampak angker menjulurkan dahan - dahan merangkai tudung berumbai akar-akar gantung menaungi gugusan batu cadas ini dari teriknya matahari.Ke tempat inilah aku senantiasa datang menyendiri sambil merenungi kekuasaan Sang Mahagaib yang mengatur dan menguasai seluruh semesta dengan ke-Mahahalusan Jari-jemari-Nya. Dia telah menetapkan hukum demi kelangsungan hidup mahluk-Nya dan tidak mengizinkan siapapun untuk campur tangan membuat atau menetapkan hukum. Tidak seorangpun diberi hak menjadi penguasa karena hanya Dia-lah Penguasa seluruh semesta. Juga tidak direlakan-Nya seorangpun dari hamba-Nya diperbudak oleh orang lain karena hanya kepada Dia-lah setiap mahluk harus mengabdi.
Tidak seorangpun dari keluarga ataupun teman-teman dekat yang mengetahui kalau selama ini aku sering pergi menyendiri sampai suatu hari secara tidak sengaja aku berpapasan dengan seorang sahabat yang langsung menerorku dengan pertanyaan,
" Ke mana saja selama ini ? Apakah engkau sudah bosan menumpang di tempat kostku karena seringnya kita kelaparan di sana sehingga engkau pergi meninggalkanku ? "
" Sabar, kita cari dulu tempat duduk baru kujelaskan, okey ?"
Aku tidak ingin berdebat lebih lama, maka segera kuraih lengan sahabatku itu dan kuajak duduk di pojok sebuah kios. Sebelum dia ber ba bi bu, aku segera mulai bicara :
" Sahabatku, aku tak pernah bosan menanggung rasa lapar bersamamu. Aku hanya jenuh karena gedung-gedung pertemuan, tempat-tempat ibadah, apalagi kantor-kantor telah dijadikan iblis sebagai ruang-ruang dansa. Kebetulan aku menemukan suatu tempat dimana aku bisa mengisi telingaku dengan nyanyian gelombang , karena lidah-lidah fasih telah menjelma sebagai nyanyian setan. Tempat itu hanya berupa gugusan batu cadas, tetapi itu lebih baik dibanding kursi-kursi jabatan yang telah menjadi tahta para iblis. Tudung dedaunan pohon-pohon raksasa dengan rumbai akar-akar gantung di tempat itu terasa lebih hangat ketimbang pakaian-pakaian seragam, jubah ataupun surban yang dikenakan para hantu. Di sana aku mendapatkan ketenangan dengan bertafakkur dan berdo'a sambil menunggu datangnya bahtera Nabi Nuh "
Sahabatku tertawa terbahak-bahak mendengar penuturanku. Dengan mimik serius yang dibuat-buat, ia berkomentar seakan-akan tidak ditujukan kepadaku. " Gila, orang yang selama ini paling heboh dalam perdebatan-perdebatan ilmiyah dan selalu bernafsu melawan tradisi ketamakan dan kesombongan kaum ningrat birokratis tiba-tiba memilih jalan para pertapa. Dan yang lebih gila, dia pergi menyepi bukannya untuk bersemedi tetapi malah pergi menyepi untuk menunggu datangnya bahtera Nabi Nuh. Pasti ada yang tidak beres dengan urat syarafnya "
Aku berusaha untuk tidak tersinggung mendengar kata-kata sahabatku yang sebetulnya agak keterlaluan. Pertama karena dia memang sahabatku, dan yang kedua karena aku yakin dia belum memahami maksudku. Karena itu aku melanjutkan :
" Sahabatku, ingatlah masa ketika Nabi Nuh membuat bahtera di atas gunung. Ketika itu orang-orang yang merasa pintar menertawakan dan menganggap Nabi Nuh orang gila karena melakukan suatu perbuatan yang sangat tidak logis. Nabi Nuh tidak terusik dan tidak peduli dengan sikap dan anggapan orang-orang terhadapnya karena apa yang dilakukannya sesuai kehendak dan petunjuk Tuhan yang tidak mungkin salah meski kadang tidak masuk akal. Alhasil setelah itu Nabi Nuh beserta orang-orang yang percaya dan menghargai " Kegilaannya " mendapatkan keselamatan ____ sebaliknya orang-orang "pintar" binasa ____ tenggelam dalam lautan kesombongannya ".
Aku percaya bahwa evolusi selalu ada pada setiap rentang kehidupan di dunia dan aku yakin bahwa sebuah bangsa yang bahkan ketika bangsa tersebut mencapai puncak kecerdasan sekalipun lalu mencoba membawa bangsanya mengarungi samudera kehidupan tanpa menggunakan bahtera sebagaimana telah digunakan oleh Nabi Nuh beserta para pengikutnya, maka cepat atau lambat pasti akan diporak-porandakan oleh gelombang waktu. Bangsa manapun yang mencoba merancang bahtera kehidupan di luar bentuk rancangan Sang Mahateliti, maka bahtera itu bersama seluruh penumpangnya suatu saat akan karam dan terdampar sebagai bangkai sejarah.
Aku menatap wajah sahabatku dan kutemukan keyakinan dari sinar matanya bahwa dia telah memahami maksudku. Wajahnya menyiratkan kesungguhan dan ia segera menimpali , " Maafkanlah sikap dan kata-kataku tadi. Sekarang aku sudah mengerti. Aku juga sering berpikir bahwa Tuhan tidak mungkin mengutus para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan hukum-hukum-Nya sekiranya ada acuan hidup lain yang bisa dibuat manusia pada tingkat kecerdasan tertentu untuk bisa membawa seluruh elemen kehidupan ke arah yang benar. Dengan demikian memang sangat tidak pantas kalau ada seseorang atau sekelompok orang yang berusaha merancang bahtera kehidupan untuk melayari samudera kehidupan yang tidak bertepi hanya pada garis khayal dan pikiran manusia. Yang harus kita lakukan adalah berlayar dengan bahtera yang telah diciptakan bersamaan dengan penciptaan samudera sesuai peta pelayaran yang dikehendaki-Nya.
Aku tersenyum dan kutepuk bahu sahabatku berkali-kali. Kami kemudian sepakat pulang ke tempat kostnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar